Minggu, 17 Maret 2013

Uang Asmak 2,3 Lanjutan


Uang Asmak II

Jika dengan cara pertama anda kesulitan karena terbatasnya dana dan kemampuan membaca Alquran, anda dapat menggunakan alternatif lain yang lebih mudah dengan cara:
1 Puasa 1 hari pada hari Kamis. 2 Sediakan 7 lembar uang dengan nilai yang sama.3 Setiap satu lembar uang dibacakan Surat At-Thalaq 2 – 3 sebanyak 7 (tujuh) kali ulangan lalu ditiupkan.Untuk 7 lembar uang berarti 49 ulangan.
Wirid untuk mengasmak uang ini dilakukan setelah berbuka puasa dan shalat mahrib. Selanjutnya, setiap lembar uang itu di sedekahkan selama 7 hari berturut-turut, dimulai hari Jum’at hingga Kamis.
Lakukanlah pengasmakan uang ini minimal tiga bulan sekali. Namun ada juga yang melakukannya bukan pada hari Kamis, melainkan memilih pada hari kelahirannya. Seperti halnya kaidah yang pertama, cara yang inipun menyeimbangkan antara amalan lisan dengan perbuatan. Karena setelah uang disedekahkan, dalam keseharian itu anda disarankan untuk membaca wiridnya minimal 7 (tujuh) kali ulangan.
Wirid yang diamalkan adalah Surat At-Thalaq ayat 2 – 3:

Wa may yat-taqil laaha yaj’al lahuu makhrajaa, wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib, wa may yatawak-kal ‘alal laahi fa huwa hasbuh, in-nal laaha baalighul amrih, qad ja’alal laahu likul-li syai-in qadraa.
Bagaima reaksi dari amalan batin tentang uang asmak ini? Berdasarkan pengalaman, jalan rezeki itu jauh lebih mudah. Dan dalam kondisi yang sangat terdesak, ada saja cara Allah mencukupkan kebutuhan. Dan uniknya, sebagaimana makna dari ayat yang dijadikan wirid, pertolongan itu datang dari jalan yang tidak diduga-duga.
Terkadang pun sesekali terjadi, ada uang misterius yang masuk kantong, tas atau laci meja yang disebut rezeki min haitsu laa yahtasib (dari pintu yang tidak diduga-duga). Namun secara logika, uang itu boleh jadi berasal dari uang kita juga yang semula nyelip. Namun karena itu kita temukan disaat butuh, kesannya menjadi sangat berharga.
Namun jika datangnya uang misterius itu sangat sering dan tidak masuk akal, jangan sekali-kali punya keyakinan bahwa uang itu berasal dari khodam yang mencuri. Anda harus yakin bahwa itu berasal dari Allah SWT. Itu rezeki sebagaimana Allah Yang Maha Pemurah mengirimkan makanan (buah-buahan) pada perawan Maryam ketika dikurung dalam mihrabnya.
Uniknya, keajaiban dalam ilmu hikmah itu baru terjadi ketika kita sudah tidak terlalu bernafsu (membutuhkan) dengan keuntungan-keuntungan yang bersifat duniawi. Sebab, orang-orang yang diberi jalan keluar dari segala persoalan dan rezeki dari pintu yang tidak terduga adalah mereka yang takwa dan tawakal, sebagaimana tersebut dalam ayat yang menjadi amalan rutin itu, yang artinya:
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, tentu akan diadakan-Nya jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari “pintu” yang tidak diduga-duga olehnya. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Ia akan mencukupkan kebutuhannya. Bahkan sesungguhnya Allah pelaksana semua peraturan-Nya. Dan Allah juga telah menjadikan segala-galanya serba berukuran.

Uang Asmak III
Cara lain bagi yang tidak mampu dengan cara tersebut di atas, cukuplah dengan membaca Surat Al-Kahfi : 109 :
Qul lau kaanal bahru midaadal likalimaati rab-bi lanafidal bahru qobla antanfada kalimaata rab-bii wa lau jinaa bimitslihi madadaa.
Cara ini sering disebut dengan asmak “uang bibit”. Orang yang berprofesi sebagai pedagang yang setiap saat butuh mengeluarkan uang untuk belanja, lebih cocok dengan cara yang ke – 3 ini. Adapun cara riyadhah (laku batin)-nya adalah, selama 10 malam membaca shalawat nabi sebanyak 1000 (seribu) kali, dilanjutkan dengan surat Al-Kahfi ayat 109 sebanyak 100 (seratus) kali, lalu ditiupkan pada sejumlah uang yang masih laku ditambah uang kuno sebagaimana cara uang asmak ke-1.
Cara mengeluarkan uang dari dalam peti pun sama seperti aturan yang berlaku pada cara ke – 1. Yaitu, dengan prosentase : 2,5 presen – 10 presen. Bedanya cara yang ke- 3 ini, uang dalam peti dapat digunakan untuk belanja yang tujuannya barang belanjaan itu akan dijual kembali ( Jawa : kulakan )
Uang yang sudah diasmak, jika dikeluarkan dari peti pun tetap harus diganti lagi dengan uang yang baru yang belum diasmak. Dan yang mengamalkan cara ke – 3 ini masih memiliki tugas lain.
Yaitu, setiap kali hendak berangkat belanja, menghadap kiblat membaca syahadat 3 kali. Menghadap utara membaca syahadat 3 kali, menghadap timur membaca syahadat 3 kali, menghadap selatan membaca syahadat 3 kali, menghadap kiblat namun menengadah membaca syahadat 3 kali dan terakhir menunduk dan membaca syahadat 3 kali.
Setelah itu berdoa semoga barang yang akan dibeli nantinya diberi berkah oleh Allah SWT dan orang yang menerima uang dari anda pun, diberi limpahan berkah.
Jadi, konsep dalam uang asmak, jangan ada niat untuk merugikan pihak lain. Dengan menjalani ijazah uang asmak, justru kita disarankan banyak bersedekah kepada fakir miskin, dan mendoakan orang lain diberkahi Allah SWT. Segala prilaku baik membuahkan kebaikan pula. “Barangsiapa mengasihi yang di bumi, yang di langit pun akan mengasihinya.”
Uang Asmak IV
Cara ini lebih praktis. Anda cukup memilih waktu yang dianggap “hari baik” untuk bersedekah. Namun cara bersedekah itu agak unik, yaitu, mengikuti jumlah “Sembilan”. Misalnya, Rp. 90,- Rp. 900,- Rp. 9.000,- Rp. 90.000,- dan seterusnya, tergantung kemampuan anda.
Sejumlah uang yang dipilih untuk disedekahkan itu tidak perlu diasmak, melainkan langsung disedekahkan kepada orang yang patut menerima, secara terang-terangan, atau secara rahasia.
Mengenai hari yang dianggap baik itu tergantung selera. Ada orang yang menganggap bersedekah yang paling baik pada hari Jum’at, namun ada yang memilih hari kelahirannya berdasarkan kalender Jawa.
Bersedekah, menurut ajaran agama, yang paling baik dilakukan secara rahasia atau sirri. Karena itu, ada yang memilih sedekah kepada orang buta, atau mengirimkan uang itu (melalui pos) tanpa menyebutkan dari siapa uang itu dikirim.
Hikmah melakukan sedekah rahasia amatlah besar. Bahkan para ahli hikmah menyarankan, seseorang yang akan memulai suatu ritual batin, hendaknya memulainya dengan bersedekah terlebih dahulu. Sedekah itu menjadi pendorong lebih cepatnya sampai apa yang dicita-citakan.
                                                                                           by: Santo Sutawijaya